Senin, 30 Januari 2012

sejarah.................

Sejarah Tape Ketan Kuningan

Sejarah Tape Ketan Kuningan Tape ketan Kuningan adalah sebuah kisah menarik dunia usaha kuliner makanan khas rakyat. Awalnya makanan ini hanya ramai diproduksi menjelang Lebaran. Namun para perintis industri rumahan tape ketan yang tak kenal menyerah dalam berjuang berhasil mengantarkan penganan ini tampil sebagai oleh-oleh  khas Kota Kuningan, Jawa barat. Industri rumahan atau pembuatan tape ketan di Kuningan pun menjadi usaha yang menyediakan lapangan kerja sekaligus peluang usaha di bidang kuliner.

Siapa tak kenal tape ketan? Penganan atau makanan ringan ini sangat dikenal di berbagai daerah di Indonesia dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Masyarakat di kawasan ini sudah lama mengonsumsi penganan berbahan beras ketan atau beras pulut ini. Tape ketan ini kerap muncul pada hari-hari besar keagamaan atau acara hajatan

Dibuat melalui proses fermentasi atau peragian, tape ketan merupakan salah satu jenis tape yang banyak diproduksi setelah tape singkong. Dilihat dari jenis bahan dasarnya, ada dua jenis tape ketan yang ada di pasaran, yakni tape ketan putih dan tape ketan hitam.

Tape ketan putih dibuat dari beras ketan putih sedang ketan hitam dibuat dari ketan hitam. Tampil dengan rasa manis keasaman dan tekstur yang lengket, lembek juga berair,  tape ketan merupakan jenis makanan yang mengandung alkohol.

Di Kota Kuningan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, tape ketan tampil beda. Jika di daerah lain tape ketan dibungkus dengan daun pisang, tape ketan Kuningan tampil dalam kemasan daun jambu air.

Selain itu tape ketan Kuningan menggunakan bahan tambahan yang alami, yakni daun katuk. Daun katuk membuat tape ketan tampil dengan warna hijau muda dan tak gampang berair. Sementara daun jambu air selain berfungsi sebagai pembungkus juga sebagai pencipta aroma alami.

Meskipun dikenal sebagai tape ketan Kuningan, produsen tape ketan ini bukanlah masyarakat Kota Kuningan. Tape ketan kuningan menyebar luas ke berbagai daerah lain di Indonesia setelah para produsen makanan ini tak kenal lelah memasarkannya di kota ini dan beberapa wilayah sekitarnya. Mereka adalah penduduk Desa Tarikolot dan Desa Cibeureum, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan. Para warga Tarikolot  lah yang membuat Kuningan dikenal sebagai penyedia oleh-oleh tape ketan Kuningan.

Kuningan terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Berjarak 291 kilometer (km) dari Jakarta, Kota Kuningan dapat ditempuh melalui jalan Tol Cikampek ke arah Cirebon. Dari Cirebon perjalanan ke kota ini tinggal 35 km lagi. Kota ini juga bisa ditempuh melalui Bandung yang berjarak 184 km. Jalan-jalan menuju Kuningan dan dari Kuningan menuju Desa Tarikolot bo;leh dikatakan cukup mulus.

Hingga akhir tahun 1970-an usaha pembuatan tape ketan belum menjadi usaha tetap bagi warga Tarikolot.  Meskipun makanan ini lazim dihidangkan pada hari Lebaran atau hajatan,  para pembuatnya belum menjadikannya  sebagai komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi pekerjaan tetap. Keterampilan membuat tape ketan tetap hanya menjadi ketrampilan tambahan sebagaimana masyarakat memperlakukan keterampilan membuat berbagai jajanan desa untuk berbagai keperluan.

Namun pada tahun 1980-an ada satu dua penduduk Tarikolot yang membuat tape ketan untuk kepentingan komersial secara terbatas, terutama menjelang Lebaran.  Diperkirakan pada dekade itulah pembuatan tape ketan mulai menjadi usaha rumahan tidak tetap di Tarikolot dan Cibeureum. Sebab saat itu, setiap menjelang Lebaran, banyak orang dari luar Kuningan mendatangi dua desa ini untuk membeli tape ketan.

Pada umumya orang-orang yang datang ke Tarikolot untuk mencari tape ketan itu ialah warga Jakarta dan Bandung yang sedang melakukan perjalanan ke Cirebon, Kuningan, atau Majalengka. Mereka rela antre berpanjang-panjang untuk sekadar mendapatkan tape ketan untuk dibawa pulang sebagai buah tangan. Sementara penduduk Kuningan juga kerap membawa tape ketan sebagai oleh-oleh kebanggaan ketika mereka berpergian ke daerah lain.

Beberapa pembuat tape ketan di Desa Tarikolot, yang banyak didatangi orang dari luar berbagai kota atau daerah lain ialah Danasih milik Danasih dan Sari Asih milik Yayat. Hingga tahun 1990-an usaha tape ketan Danasih memang memproduksi tape ketan dalam jumlah banyak saat menjelang Lebaran. Namun perempuan ini belum menjadikan usaha pembuatan tape ketan sebagai usaha sehari-hari yang bersifat tetap.
 
Danasih punya tetangga bernama Carsim Cahyadi yang kelak dikenal sebagai salah satu perintis industri rumahan tape ketan sekaligus menjadikan tape ketan sebagai oleh-oleh khas Kuningan. Berkat kepeloporan Danasih dan Carsim Cahyadi serta beberapa warga lain, pasar tape ketan dikenal luas dan melahirkan industri rumahan tape ketan di Tarikolot dan Cibeureum di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin dan Cigugur, Kuningan.

Kini setidaknya terdapat 22 pelaku yang bergerak dalam usaha pembuatan tape ketan Kuningan. Beberapa nama yang memproduksi penganan ini dalam jumlah cukup besar, terutama menjelang Lebaran  ialah Pamella, Danasih, Rasa Madu, Sari Manis, Sari Rasa, Binangkit, Satri Asih, Mas Heru, dan Wahyo. Pada saat itu produksi dan omzet mereka bisa meningkat lima hingga sepulih kali lipat pada hari-hari biasa.

Selain itu para produsen tape ketan itu juga tampil sebagai salah satu industri rumah tangga yang memberikan sumbangan berupa terbukanya lapangan kerja. Setidaknya ratusan tenaga kerja tertampung dalam industri rumahan tape ketan ini. Tentu saja selain membuat Kuningan dikenal sebagai penyedia oleh-oleh khas tape ketan Kuningan, industri rumahan tape ketan ikut memberikan peluang usaha dan pendapatan daerah.  (willy Pramudya)

Sejarah Tape Ketan Kuningan

Sejarah Tape Ketan Kuningan Tape ketan Kuningan adalah sebuah kisah menarik dunia usaha kuliner makanan khas rakyat. Awalnya makanan ini hanya ramai diproduksi menjelang Lebaran. Namun para perintis industri rumahan tape ketan yang tak kenal menyerah dalam berjuang berhasil mengantarkan penganan ini tampil sebagai oleh-oleh  khas Kota Kuningan, Jawa barat. Industri rumahan atau pembuatan tape ketan di Kuningan pun menjadi usaha yang menyediakan lapangan kerja sekaligus peluang usaha di bidang kuliner.

Siapa tak kenal tape ketan? Penganan atau makanan ringan ini sangat dikenal di berbagai daerah di Indonesia dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Masyarakat di kawasan ini sudah lama mengonsumsi penganan berbahan beras ketan atau beras pulut ini. Tape ketan ini kerap muncul pada hari-hari besar keagamaan atau acara hajatan

Dibuat melalui proses fermentasi atau peragian, tape ketan merupakan salah satu jenis tape yang banyak diproduksi setelah tape singkong. Dilihat dari jenis bahan dasarnya, ada dua jenis tape ketan yang ada di pasaran, yakni tape ketan putih dan tape ketan hitam.

Tape ketan putih dibuat dari beras ketan putih sedang ketan hitam dibuat dari ketan hitam. Tampil dengan rasa manis keasaman dan tekstur yang lengket, lembek juga berair,  tape ketan merupakan jenis makanan yang mengandung alkohol.

Di Kota Kuningan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, tape ketan tampil beda. Jika di daerah lain tape ketan dibungkus dengan daun pisang, tape ketan Kuningan tampil dalam kemasan daun jambu air.

Selain itu tape ketan Kuningan menggunakan bahan tambahan yang alami, yakni daun katuk. Daun katuk membuat tape ketan tampil dengan warna hijau muda dan tak gampang berair. Sementara daun jambu air selain berfungsi sebagai pembungkus juga sebagai pencipta aroma alami.

Meskipun dikenal sebagai tape ketan Kuningan, produsen tape ketan ini bukanlah masyarakat Kota Kuningan. Tape ketan kuningan menyebar luas ke berbagai daerah lain di Indonesia setelah para produsen makanan ini tak kenal lelah memasarkannya di kota ini dan beberapa wilayah sekitarnya. Mereka adalah penduduk Desa Tarikolot dan Desa Cibeureum, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan. Para warga Tarikolot  lah yang membuat Kuningan dikenal sebagai penyedia oleh-oleh tape ketan Kuningan.

Kuningan terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Berjarak 291 kilometer (km) dari Jakarta, Kota Kuningan dapat ditempuh melalui jalan Tol Cikampek ke arah Cirebon. Dari Cirebon perjalanan ke kota ini tinggal 35 km lagi. Kota ini juga bisa ditempuh melalui Bandung yang berjarak 184 km. Jalan-jalan menuju Kuningan dan dari Kuningan menuju Desa Tarikolot bo;leh dikatakan cukup mulus.

Hingga akhir tahun 1970-an usaha pembuatan tape ketan belum menjadi usaha tetap bagi warga Tarikolot.  Meskipun makanan ini lazim dihidangkan pada hari Lebaran atau hajatan,  para pembuatnya belum menjadikannya  sebagai komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi pekerjaan tetap. Keterampilan membuat tape ketan tetap hanya menjadi ketrampilan tambahan sebagaimana masyarakat memperlakukan keterampilan membuat berbagai jajanan desa untuk berbagai keperluan.

Namun pada tahun 1980-an ada satu dua penduduk Tarikolot yang membuat tape ketan untuk kepentingan komersial secara terbatas, terutama menjelang Lebaran.  Diperkirakan pada dekade itulah pembuatan tape ketan mulai menjadi usaha rumahan tidak tetap di Tarikolot dan Cibeureum. Sebab saat itu, setiap menjelang Lebaran, banyak orang dari luar Kuningan mendatangi dua desa ini untuk membeli tape ketan.

Pada umumya orang-orang yang datang ke Tarikolot untuk mencari tape ketan itu ialah warga Jakarta dan Bandung yang sedang melakukan perjalanan ke Cirebon, Kuningan, atau Majalengka. Mereka rela antre berpanjang-panjang untuk sekadar mendapatkan tape ketan untuk dibawa pulang sebagai buah tangan. Sementara penduduk Kuningan juga kerap membawa tape ketan sebagai oleh-oleh kebanggaan ketika mereka berpergian ke daerah lain.

Beberapa pembuat tape ketan di Desa Tarikolot, yang banyak didatangi orang dari luar berbagai kota atau daerah lain ialah Danasih milik Danasih dan Sari Asih milik Yayat. Hingga tahun 1990-an usaha tape ketan Danasih memang memproduksi tape ketan dalam jumlah banyak saat menjelang Lebaran. Namun perempuan ini belum menjadikan usaha pembuatan tape ketan sebagai usaha sehari-hari yang bersifat tetap.
 
Danasih punya tetangga bernama Carsim Cahyadi yang kelak dikenal sebagai salah satu perintis industri rumahan tape ketan sekaligus menjadikan tape ketan sebagai oleh-oleh khas Kuningan. Berkat kepeloporan Danasih dan Carsim Cahyadi serta beberapa warga lain, pasar tape ketan dikenal luas dan melahirkan industri rumahan tape ketan di Tarikolot dan Cibeureum di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin dan Cigugur, Kuningan.

Kini setidaknya terdapat 22 pelaku yang bergerak dalam usaha pembuatan tape ketan Kuningan. Beberapa nama yang memproduksi penganan ini dalam jumlah cukup besar, terutama menjelang Lebaran  ialah Pamella, Danasih, Rasa Madu, Sari Manis, Sari Rasa, Binangkit, Satri Asih, Mas Heru, dan Wahyo. Pada saat itu produksi dan omzet mereka bisa meningkat lima hingga sepulih kali lipat pada hari-hari biasa.

Selain itu para produsen tape ketan itu juga tampil sebagai salah satu industri rumah tangga yang memberikan sumbangan berupa terbukanya lapangan kerja. Setidaknya ratusan tenaga kerja tertampung dalam industri rumahan tape ketan ini. Tentu saja selain membuat Kuningan dikenal sebagai penyedia oleh-oleh khas tape ketan Kuningan, industri rumahan tape ketan ikut memberikan peluang usaha dan pendapatan daerah.  (willy Pramudya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar